Beranda | Artikel
Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan
Rabu, 12 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Bawa’itsul Khalash Minadz Dzunub (Faktor-Faktor Yang Dapat Membantu Seseorang Menjauhi Dosa). Pembahasan ini diambil dari satu pasal dari Kitab Ibnu Qayyim rahimahullah yang berjudul عدة الصابرين. Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 25 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 03 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub

Status program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub: SELESAI. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Mengagungkan & Mencintai Allah Serta Mengingat Nikmat-NikmatNya

Kajian Tentang Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan

6. Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan

Seseorang yang mampu mengalahkan syahwat dan menang atas setan, ia akan merasakan kelezatan, kesenangan, kebahagiaan yang lebih besar dari pada ketika seseorang menang melawan musuhnya dari kalangan manusia. Kelezatan dan kebahagiaan tersebut lebih manis dan lebih sempurna, dan hasilnya juga lebih baik. Seperti orang yang meminum obat yang sangat bermanfaat, yang mana obat tersebut menghilangkan penyakit dari tubuhnya dan mengembalikan kesehatan dan kebugaran.

Ini adalah perkara ke-6 yang disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah diantara faktor-faktor yang dapat membantu seseorang menjauhi dosa dan maksiat yaitu seseorang membayangkan dan memikirkan lezatnya mengalahkan hawa nafsu dan setan. Karena sesungguhnya hawa nafsu dan setan adalah sumber dari segala perbuatan dosa dan maksiat. Dan seorang hamba, jika ia meninggalkan maksiat, berarti ia telah mengalahkan hawa nafsunya dan menang atas setan. Lalu ia akan merasakan manisnya kelezatan mentaati Allah subhanahu wa ta’ala. Bukti dari hal ini adalah hadits yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau pernah bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُنْضِي شَيَاطِينَهُ، كَمَا يُنْضِي أَحَدُكُمْ بَعِيرَهُ فِي السَّفَرِ

“Sesungguhnya seorang mukmin seorang yang beriman ia akan membuat kurus setan-setannya sebagaimana seseorang diantara kalian membuat kurus untanya dalam perjalanan.”

Kata Yundhi, makna hadits ini adalah melemahkan dan membuat kurus setannya seperti seekor binatang unta atau kuda yang menjadi kurus disebabkan seringnya digunakan untuk melakukan perjalanan sehingga dagingnya pun menjadi sedikit. Hal itu disebabkan karena seseorang yang beriman selalu meninggalkan hawa nafsu syahwatnya dan senantiasa rajin untuk melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan melanggar perintah-perintah setan.

Diantara hal yang menunjukkan bahwasannya hawa nafsu dan setan adalah sumber dari segala perbuatan dosa dan keburukan adalah perintah Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita selalu beristi’adah, berlindung diri dari hawa nafsu dan setan disetiap pagi dan sore dan ketika kita ingin tidur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu:

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ «قَالَ» قُلْهَا إِذَا أَصْبَحْتَ، وَإِذَا أَمْسَيْتَ، وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ

Inilah do’a yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abu Bakar. Do’a ini dibaca setiap pagi, setiap sore dan ketika dia ingin ingin tidur.

Ya Allah, pencipta langit dan bumi, yang Maha Mengetahui yang Ghaib dan yang nyata. Rabb Pengatur segala sesuatu dan Rajanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan diriku, kejahatan setan dan sekutunya).” Beliau bersabda: “Bacalah saat pagi dan sore hari, atau saat engkau akan tidur.” (HR. Abu Dawud No. 4405)

Berkata Imam Ibnu Qayyim rahimahullah bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dua sumber keburukan. Yaitu hawa nafsu dan setan. Hal ini kembali kepada jiwa dan juga berpengaruh kepada orang muslim yang lain. Maka dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sumber dan tempat masuknya keburukan dan setan yang dengan lafadz yang ringkas, padat dan jelas.

Maka apabila seorang muslim, seorang hamba selalu menghadirkan hal ini, yaitu mengingat bahwasanya ketika ia meninggalkan maksiat artinya ia telah mengalahkan hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada keburukan dan mengalahkan musuhnya yaitu setan dan ia telah berhasil mendapatkan kebahagiaan dengan mentaati Allah subhanahu wa ta’ala dan ia akan sukses dan menang dengan kemenangan yang besar di dunia dan di akhirat.

7. Ganti dari Allah Bagi Yang Meninggalkan Sesuatu Karena Allah

Membayangkan dan mengingat bahwasanya Allah akan memberikan ganti kepadanya jika ia meninggalkan maksiat karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan kepada orang yang meninggalkan apa yang Ia haramkan dengan balasan yang lebih baik. Dan orang yang menahan hawa nafsunya dari perbuatan-perbuatan yang buruk dan dosa-dosa dan ia membandingkan antara ganti yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan maksiat yang ia tinggalkan, yang manakah yang lebih baik?  Tentu ia akan memilih ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

Ini adalah perkara yang ke tujuh dari faktor yang dapat membantu seseorang menjauhi dosa dan maksiat. Yaitu ia membayangkan akan mendapatkan ganti dari Allah subhanahu wa ta’ala dan tentu ganti tersebut lebih baik karena engkau wahai hamba Allah subhanahu wa ta’ala, jika engkau meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan karena mengharapkan ridha dariNya, juga karena menjaga keimanan, maka sungguh nya Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantikan kepadamu di dunia dengan kelezatan dalam hati dan kebahagiaan dalam jiwa serta keberkahan dalam kehidupan.

Allah ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]: 97)

Dan juga Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantikannya di akhirat dengan memasukannya ke dalam surga dan menikmati kenikmatan surga yang tidak ada habisnya sebagai balasan atas usaha dia meninggalkan dosa dan maksiat. Allah ta’ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,” (QS. An-Nazi’at[79]: 40-41)

Juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللهِ إِلَّا أَعْطَاكَ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ

Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala kecuali Allah akan memberikan kepadamu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad)

Dan dalil yang menunjukkan perkara ini dalam syariat sangat banyak sekali. Karena barangsiapa yang meninggalkan minuman yang memabukkan di dunia, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantikannya di akhirat nanti dengan sungai di surga dari khamr yang tidak berubah rasanya. Adapun orang yang meminum khamr di dunia dan tidak bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka ia tidak akan meminum khamr di surga nanti. Sebagaimana hadits yang shahih dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ شَرِبَ الخَمْرَ فِي الدُّنْيَا ، ثُمَّ لَمْ يَتُبْ مِنْهَا ، حُرِمَهَا فِي الآخِرَةِ

Barangsiapa meminum khamr di dunia, kemudian tidak bertaubat darinya, maka ia akan dihalangi dari khamr tersebut di akhirat” (HR. Bukhari)

8. Allah Subhanahu wa Ta’ala Senantiasa Bersama dengan HambaNya

Berkata Imam Ibnu Qayyim rahimahullah, yaitu mengingat-ingat bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa bersama dengan hambaNya. Kebersamaan Allah dengan hambaNya ada dua jenis. Yang pertama adalah kebersamaan umum dan yang kedua adalah kebersamaan yang khusus. Adapun yang dimaksud dengan kebersamaan umum yaitu Allah subhanahu wa ta’ala melihat segala apa yang dikerjakan oleh hambaNya dan Allah selalu melihatnya. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi yang dimaksud disini yaitu orang yang meninggalkan maksiat akan mendapatkan kebersamaan khusus. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

…إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾

“…sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]: 153)

Juga firman Allah:

إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ ﴿١٢٨﴾

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16]: 128)

Juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:

…وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦٩﴾

“…Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. An-Ankabut[29]: 69)

Ini adalah kebersamaan khusus yang lebih baik, lebih bermanfaat di dunia dan di akhirat dari pada ia melampiaskan nafsunya, melampiaskan syahwatnya. Tentu ini tidak pantas bagaimana ia mengutamakan sesuatu yang hanya sebentar. Bahkan sangat sebentar sekali dalam umur kita, bahkan umur ini hanya seperti mimpi seorang yang tidur atau seperti bayangan yang akan hilang.

Ini adalah perkara yang kedelapan yang menjadi faktor yang membantu seseorang untuk menjauhi dosa dan maksiat. Yaitu ia akan mendapatkan kebersamaan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan yang dimaksud kebersamaan disini adalah kebersamaan khusus. Yaitu kebersamaan yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya yang bertakwa, hamba-hambaNya yang berbuat baik dan hamba-hambanya yang senantiasa bersabar.

Buah dari kebersamaan ini adalah Allah akan menjaganya, Allah akan menolongnya, Allah akan senantiasa membantunya dan memberikan kepadanya kekuatan. Seorang hamba apabila diajak oleh hawa nafsunya untuk berbuat maksiat kemudian ia bersabar lalu bersungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsunya, ia akan mendapatkan kebersamaan khusus dari Allah subhanahu wa ta’ala. 

Dan diantara dalil-dalil kebersamaan khusus ini yaitu kisah tiga orang yang beristirahat di sebuah gua kemudian terjatuh di depan pintu gua tersebut batu yang besar sehingga menutup pintu gua.

Maka tiga orang tadi mengatakan, “Sesungguhnya tidak akan dapat menyelamatkan kalian dari batu besar yang menutup pintu gua ini kecuali kalian berdoa kepada Allah dengan bertawasul dengan amal-amal shalih kalian.” Maka salah seorang diantara mereka mengatakan,  “Ya Allah, saya dulu mempunyai sepupu wanita yang aku sangat mencintainya dan aku ingin berhubungan dengannya. Akan tetapi ia menolak sampai suatu saat dia menderita kelaparan sehingga dia pun datang kepadaku dan aku memberikan kepadanya 120 dinar dengan syarat yang membiarkan aku melakukan apa saja yang aku inginkan kepadanya. Sampai ketika aku berhasil untuk ingin melakukan apa yang aku inginkan, dia pun mengatakan, ‘Aku tidak membiarkan kamu untuk membuka cincin kecuali dengan cara yang halal.’ Maka aku pun malu untuk melakukan perbuatan keji dengannya dan aku meninggalkannya padahal aku sangat mencintainya dan aku meninggalkan uang aku serahkan kepada dia. Ya Allah jika apa yang aku lakukan ingin mendapatkan pahala darimu, maka bukalah pintu gua ini.”

Kemudian pintu gua pun terbuka. Ini adalah contoh orang yang meninggalkan perbuatan keji padahal kesempatan sudah terbuka lebar tidak ada lagi penghalang sama sekali akan tapi dia meninggalkannya. Maka Allah pun menjaganya, menolongnya dan menyelamatkan dia dari kebinasaan di gua tersebut.

Simak pada menit ke – 22:49

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Nikmatnya Mengalahkan Nafsu dan Setan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45437-nikmatnya-mengalahkan-nafsu-dan-setan/